Selasa, 14 Oktober 2014

Ayah, Ibu, dapatkah kuterus melihat senyum bak pelangi kalian hingga akhir?

Sang ayah yang duduk termenung di pojok ruangan dan bergumam saat melihat foto album pernikahan anaknya yang pertama dan kedua "Dapatkah kulihat di saat anakku menikah kelak?" ya, pertanyaan besar yang ia lontarkan untuk kedua anak lainnya. Si empat bersaudara. Terutama si bungsu.

--------------------------------------------------------------------

Sang ibu tersenyum membaca pesan singkat anaknya "Wah, ternyata hati si adik sudah luluh. Semoga kelak hatinya selembut hati Rasulullah" sambil mengaminkan doa, ibu pun membalas pesan singkat tersebut.

--------------------------------------------------------------------

Tahukah kalian? Penyesalan datang di akhir. Selalu dan selalu pasti di akhir. Bahaya bukan? Namun, apakah kita mencegahnya? Tidak, tidak. Kita tidak pernah mencegah penyesalan itu. Namun, justru malah mencari-cari penyesalan. Mengapa? memang penyesalan merupakan salah satu fitrah dari-Nya untuk manusia.

--------------------------------------------------------------------

Diwaktu kusibukkan diriku dengan keegoisanku, kuabaikan kedua orang tuaku. Pengganggu. Itulah pikiran hinaku pada mereka. Pikiran dari hati yang gelap. Bisikan setan. Hebat sekali bukan? Para setan-setan pengganggu iman itu? Mereka mampu mengubah isi pikiran kita dengan singkat. Menghancurkan kebaikan yang sudah terakar kuat di hati kita.

Padahal, coba pikirkan, betapa besar pengorbanan kedua orang tua kita. Ibu yang setia merawat dan mengajarkan kita ilmu yang bermanfaat dunia akhirat. Ibu adalah kunci pembentuk generasi emas peradaban. Bayangkan.. Seorang ibu bila memiliki empat anak, dan masing-masing berhasil dibentuk pribadi dan akhlak yang baik, serta dari masing-masing anaknya tersebut mampu meneruskan usaha ibunya dan membentuk anak-anak lagi yang lebih baik, dan seterusnya. Betapa indah usahanya mencapai ridha-Nya.

Ayah, ya, seorang ayah yang dengan setianya membanting tulang demi menghidupi keluarganya dengan layak. Pergi pagi disaat anak masih tertidur lelap dan pulang larut juga disaat anak sudah tertidur lelap. Bukankah itu suatu hal yang patut dibanggakan?

Namun.. Kenyataannya.. Apa?? Apa sesuatu hal itu yang dapat membahagiakannya? Membuatnya tersenyum seindah bak pelangi??

Padahal.. Mereka hanya meminta dua hal dari kita, perhatian dan waktu. Mudah bukan? Hanya dua hal loh.. Dua hal yang sangat mudah dan tidak sulit. Perhatian kasih sayang kita kepada mereka, doa kita untuk mereka, ya.. Doa. Doa anak soleh dan solihah. Waktu, ini nih, yang sering kita abaikan. Padahal, mereka hanya ingin bersama kita loh. Hanya semenit bahkan sedetik saja kita mengunjungi mereka, mereka sudah sangat bahagia. Mudah bukan??

Tapi, nyatanya? Karena terbiasa dengan mereka yang sibuk, tanpa sadar kita memberikan feedback yang sama. Dalam artian, ketika mereka memiliki waktu kosong, justru kita malah sibuk atau bahkan menyibukkan diri kita dengan hal lain. "Ah.. Ga juga kok" itu mungkin pikiran dari beberapa orang. Ya, mungkin saja. Kan hanya Allah yang tau.

Jadi, karena kedua hal itu sering kita abaikan, hingga kehendak-Nya datang untuk memisahkan kita dari mereka. Apa yang terjadi? Penyesalan yang membanjiri hati, pikiran, tiada habisnya. Astagfirullah.. Sungguh, manusia itu memang merugi.

Tuhan, andai saja kudapat terus melihat senyum dan sosok mereka yang terus menemaniku.. (Oh.. Tidak bisa. Karena bagaimana pun juga, kematian selalu menunggu). Oke, kalo gitu, apa yang harus dilakukan? Memanfaatkan waktu kebersamaan dan memberikan perhatian lebih. Teman saja kadang diberi perhatian lebih. Masa sih, orang tua kita dan Allah tidak kita berikan juga?

Tapi ingat. Doa anak soleh dan solihah harus selalu tercurahkan bagi ayah dan ibu kita. Tiada yang terlambat karena setiap cobaan pasti ada hikmahnya. Sampaikanlah kata-kata manismu untuk mereka layaknya kita sedang menggombal pada pujangga hai. Ucapkanlah terima kasih pada mereka layaknya kita berterimakasih kepada-Nya karena kita telah diberi segala kesempatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar